Latest News
Menterjemahkan
Prilaku Produsen
Posted by ronaldoccd
on
Sabtu, 08 Mei 2010
, under
Tugas
|
komentar (0)
MAKALAH
TEORI ORGANISASI UMUM
TEORI ORGANISASI UMUM
NAMA : Suari Zani
NPM : 11108874
KELAS : 2 KA 11
NPM : 11108874
KELAS : 2 KA 11
Prilaku Produsen
1. Produsen dan Fungsi Produksi
Produsen dalam ekonomi adalah orang yang menghasilkan (Produksi) barang dan jasa untuk dijual atau dipasarkan.
Produksi merupakan konsep arus (flow consept), bahwa kegiatan produksi diukur dari jumlah barang-barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatu periode waktu tertentu, sedangkan kualitas barang atau jasa yang dihasilkan tidak berubah.
Skema Proses Produksi :
Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara berbagai kombinasi input yang digunakan untuk menghasilkan output. Asumsi dasar untuk menjelaskan fungsi produksi adalah berlakunya “the lawa of diminishing returns” yang menyatakan bahwa apabila suatu input ditambahkan dan input lain tetap maka tambahan output dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan mula-mula menaik, tapi pada suatu tingkat tertentu akan menurun jika input tambahan tersubut terus menerus ditambahkan. Jadi dalam ini ada 3 tingkat produksi :
1. Tahap 1 : produksi terus bertambah dengan cepat.
2. Tahap 2 : pertambahan produksi total semakin lama semakin mengecil.
3. Tahap 3 : pertambahan produksi total semakin berkurang.
Fungsi produksi umumnya ditulis sebagai Y = f (X), dimana Y menunjukkan hasil produksi; f sebelum tanda kurung menyatakan : "tergantung" yaitu "suatu fungsi dari"; dan huruf X menunjukkan suatu input yang digunakan. Apabila jumlah input yang digunakan lebih dari 1 maka fungsi produksi tersebut dapat dituliskan : Y = f(X1, X2, ...., Xn); dimana X1, X2, ..., Xn merupakan jenis input yang digunakan.
Asumsi-asumsi dari fungsi produksi tersebut adalah :
1. Fungsi produksi bersifat kontinyu.
2. Fungsi produksi bernilai tunggal dari masing-masing variabel di dalamnya.
3. Derevasi I dan II fungsi ini tetap kontinyu.
4. Fungsi produksi harus relevan (bernilai positip) baik untuk input X maupun output Y.
5. Penggunaan tehnologi adalah maksimal pada tingkatnya.
Jenis-jenis Fungsi Produksi
1. Constant return : Hubungan yang menunjukkan jumlah hasil produksi meningkat dengan jumlah yang sama untuk setiap kesatuan tambahan input.
2. Increasing return : Hubungan dimana kesatuan tambahan input menghasilkan suatu tambahan hasil produksi yang lebih besar dari kesatuan-kesatuan sebelumnya.
3. Decreasing return : Hubungan yang mana kesatuan-kesatuan tambahan input menghasilkan suatu kenaikan hasil produksi yang lebih kecil dari kesatuankesatuan sebelumnya.
2. Produksi Optimal
Optimalitas merupakan salah satu usaha yang ingin dicapai oleh setiap unit bisnis. Ada dua segi optimalitas, pertama, maksimisasi keuntungan, kedua, minimisasi pengeluaran. Produksi maskimum tidak menjamin keuntungan maksimum. Untuk itu, produksi optimal lebih baik daripada produksi maksimal karena produksi optimal menjamin keuntungan maksimal.
Produksi optimal dapat dicapai apabila ada pengorganisasian penggunaan input sebaik mungkin. Alokasi input yang baik ini dapat dilihat dari berapa besar sumbangan seluruh input terhadap produksi. Jika tambahan input mengakibatkan pengurangan produksi maka tambahan input tersebut tidak diperlukan karena pada saat tersebut penambahan input tidak lagi efisien. Sementara itu, penambahan input yang mengakibatkan penambahan output yang jauh lebih besar juga kurang baik karena pada saat tersebut ongkos produksi per unit telah mengalami peningkatan. Kontribusi input yang optimal dicapai bila tambahan input proporsional dengan tambahan output. Konsep ini dikenal dengan istilah return to scale (RTS). Menurut Yamit (2002), permasalahan itu dapat diselesaikan dengan menggunakan metode Economic Production Quantity (EPQ). Metode EPQ dimaksudkan untuk menentukan besarnya volume produksi yang optimal, dalam artian cukup untuk memenuhi kebutuhan dengan biaya yang serendah-rendahnya.
Menurut Riyanto (2001), penentuan jumlah produk optimal hanya memperhatikan biaya variabel saja. Biaya variabel dalam persediaan pada prinsipnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan frekuensi jumlah persiapan proses produksi yang disebut biaya persiapan produksi (set-up cost).
2. Biaya-biaya yang berubah-ubah sesuai dengan besarnya persediaan rata-rata yang disebut biaya penyimpanan (holding cost).
3. Least Cost Combination
Penggunaan kombinasi factor produksi dengan menggunakan biaya yang paling murah. Syarat LCC: MRTS (marginal rate of technical substitution), bila menambah salah satu input maka mengurangi penggunaan input.
Dalam rangka untuk menentukan kombinasi terbaik dari modal dan tenaga kerja untuk menghasilkan output itu, kita harus mengetahui jumlah dana tersedia untuk produsen untuk dibelanjakan pada masukan dan juga harga masukan. Anggaplah bahwa produsen telah dipelepasannya. 10.000 untuk dua input, dan bahwa harga dari dua masukan sebagai. 1000 per unit modal dan. 200 per unit tenaga kerja. Perusahaan akan memiliki tiga kemungkinan alternatif sebelumnya.
1. Untuk menghabiskan uang hanya pada modal dan aman 10 unit itu.
2. Untuk menghabiskan jumlah tersebut hanya pada tenaga kerja dan mengamankan 50 unit tenaga kerja.
3. Untuk menghabiskan jumlah tersebut sebagian pada modal dan sebagian pada tenaga kerja.
Garis harga faktor juga dikenal sebagai garis isocost karena mewakili berbagai kombinasi input yang dapat dibeli untuk jumlah uang yang diberikan dialokasikan. Kemiringan garis harga faktor menunjukkan rasio harga modal dan tenaga kerja yaitu. 1:5.
Dengan menggabungkan isoquant dan garis harga faktor, seseorang dapat mengetahui kombinasi optimal faktor-faktor yang akan memaksimalkan output.
1. Terjadi pada titik singgung (E) antara kurva isoquant (I1, I2, I3) dengan kurva isocost (C/PK- C/PL).
2. Secara matematis :
3. Kondisi penggunaan input variabel yang dapat meminimumkan biaya :
Daftar Pustaka :
1. http://nuhfil.lecture.ub.ac.id/files/2009/03/mikro-5-perilaku-produsen-nuhfil.pdf
2. http://www.scribd.com/doc/30268000/perilaku-produsen
3. http://bagus.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/9993/Slide_BAB_V.ppt
4. http://www.docstoc.com/docs/DownloadDoc.aspx?doc_id=7861484
Prilaku Konsumen
Posted by ronaldoccd
on
Jumat, 07 Mei 2010
, under
Tugas
|
komentar (0)
MAKALAH
TEORI ORGANISASI UMUM
TEORI ORGANISASI UMUM
NAMA : Suari Zani
NPM : 11108874
KELAS : 2 KA 11
NPM : 11108874
KELAS : 2 KA 11
Prilaku Konsumen
1. Pendahuluan
Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali ( Jawa : kulakan ), maka dia disebut pengecer atau distributor. Pada masa sekarang ini bukan suatu rahasia lagi bahwa sebenarnya konsumen adalah raja sebenarnya, oleh karena itu produsen yang memiliki prinsip holistic marketing sudah seharusnya memperhatikan semua yang menjadi hak-hak konsumen. James F. Engel mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusuli tindakan ini. Dan definisi menurut para ahli ialah Tindakan - tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Definisi lain adalah bagaimana konsumen mau mengelurkan suberdayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendafatkan barang atau jasa yang diinginkan
Fungsi utama daripada barang-barang dan jasa-jasa konsumsi ialah memenuhi kebutuhan langsung pemakainya. Yang bertindak sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi pada umumnya adalah rumah-rumah tangga keluarga. Dalam kedudukannya sebagai pemakai barang-barang dan jasa-jasa konsumsi mereka disebut konsumen. Terpenuhinya kebutuhan seorang konsumen menimbulkan kepuasan bagi konsumen tersebut. Dengan demikian kiranya mudah difahami mengapa para pemikir ekonomi mengatakan bahwa konsumsi barang-barang dan jasa-jasa menghasilkan kepuasan atau satisfaction, yang sering pula disebut guna atau utility.
2. Pendekatan Prilaku Konsumen
Akibat adanya kendala keterbatasan pendapatan di satu sisi dan adanya keinginan untuk mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya agar diperoleh kepuasan yang maksimal di sisi lainnya, maka timbullah perilaku konsumen. Ada beberapa pendekatan yang sering digunakan untuk menjelaskan terbentuknya fungsi permintaan konsumen, yaitu Pendekatan Karidnal atau Cardinal Utility Approach dan Pendekatan Ordinal atau Ordinal Utility Approach.
· Pendekatan Kardinal
Menurut pendekatan ini, daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati. Asumsi dari pendekatan ini adalah :
1. Konsumen rasional, artinya konsumen bertujuan memaksimalkan kepuasannya dengan batasan pendapatannya.
2. Diminishing marginal utility, artinya tambahan utilitas yang diperleh konsumen makin menurun dengan bertambanya konsumsi dari komoditas tersebut.
3. Pendapatan konsumen tetap.
4. Uang memiliki nilai subyektif yang tetap.
5. Total utility adalah additive dan independent. Additive artinya daya guna dari sekumpulan barang adalah fungsi dari kuantitas masing-masing barang yang dikonsumsi. Sedangkan independent berarti bahwa daya guna X1 tidak dipengaruhi oleh tindakan mengkonsumsi barang X2, X3, X4 …. Xn dan sebaliknya.
· Pendekatan Ordinal
Dalam pendekatan ini daya guna suatu barang tidak perlu diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang. Pendekatan yang dipakai dalam teori ordinal adalah indefference curve, yaitu kurva yang menunjukkan kombinasi 2 (dua) macam barang konsumsi yang memberikan tingkat kepuasan sama. Asumsi dari pendekatan ini adalah :
1. Konsumen rasional.
2. Konsumen mempunyai pola preferensi terhadap barang yang disusun berdasarkan urutan besar kecilnya daya guna.
3. Konsumen mempunyai sejumlah uang tertentu
4. Konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan maksimum.
5. Konsumen konsisten, artinya bila barang A lebih dipilih daripada B karena A lebih disukai dari pada B, tidak berlaku sebaliknya.
6. Berlaku hukum transitif, artinya bila A lebih disukai daripada B dan B lebih disukai dari pada C, maka A lebih disukai daripada C.
3. Konsep Elastisitas
Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti dalam menganalisis permintaan, penawaran, penerimaan pajak, maupun distribusi kemakmuran.
Elastisitas dapat mengukur seberapa besar perubahan suatu variabel terhadap perubahan variabel lain. Sebagai contoh, elastisitas Y terhadap X mengukur berapa persen perubahan Y karena perubahan X sebesar 1 persen.
Elastisitas Y terhadap X= % perubahan Y / % perubahan X
Berikut adalah beberapa macam dari Elastisitas :
1. Elastisitas Harga
Elastisitas Harga yaitu suatu konsep yang dimaksudkan untuk mengukur derajaat perubahan kuantitas barang yang dibeli sebagai akibat perubahan harga barang tersebut. Macam – macam Elastisitas Harga :
a. Elastisitas Titik (Point Elasticity)
Secara matematis sbb :
EHx = DX . Hx
DH X
Ket ;
EHx : elastisitas (titik) harga dari permintaan barang X.
ΔX : perubahan jumlah barang yang diminta.
ΔHx : perubahan harga barang X.
X : jumlah barang yang diminta.
Hx : Harga barang X.
EHx < 1 : tak elastis
EHx = 1 : unitary
EHx > 1 : elastis
b. Elastisitas busur (Arc Elasticity)
Secara matematis sbb :
EHx = DX . (Hx + Hx2):2
DH (X1 + X2):2
Ket ;
Hx2 : harga barang semula.
Hx2 : harga barang setelah berubah.
X1 : jumlah barang semula.
X2 : jumlah barang setelah berubah.
2. Elastisitas Silang
Elastisitas Silang menunjukkan hubungan antara jumlah barang yang diminta terhadap perubahan harga barang lain yang mempunyai hubungan dengan barang tersebut. Hubungan tersebut dapat bersifat pengganti, dapat pula bersifat pelengkap. Terdapat tiga 100 macam respons prubahan permintaan suatu barang (misal barang A) karena perubahan harga barang lain (barang B), yaitu: Positif, Negatif, dan Nol.
a. Elastisitas Silang Positif. Peningkatan harga barang A menyebabkan peningkatan jumlah permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga kopi meningkatkan permintaan terhadap teh. Kopi dan teh merupakan dua barang yang dapat saling menggantikan (barang substitutif).
b. Elastisitas Silang Negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
c. Elastisitas Silang Negatif. Peningkatan harga barang A mengakibatkan turunnya permintaan barang B. Sebagai contoh, peningkatan harga bensin mengakibatkan penurunan permintaan terhadap kendaraan bermotor. Kedua barang tersebut bersifat komplementer (pelengkap).
Hubungan antarbarang berdasarkan nilai elastisitas silang dapat dilihat pada Tabel berikut.
Interpretasi Elastisitas Silang
Nilai Elastisitas Silang | Hubungan Antar barang | Kenaikan Harga Barang A Mengakibatkan | Penurunan Harga Barang A Mengakibatkan |
E > 0 | Substitutif | Barang B yang diminta naik | Barang B yang diminta turun |
E = 0 | Tidak berhubungan | Barang B yang diminta tetap | Barang B yang diminta tetap |
E < 0 | Komplementer | Barang B yang diminta turun | Barang B yang diminta naik |
Pengukuran Elastisitas Silang
Elastisitassilang barang A = Perubahan permintaan barang A ÷ Perubahan harga barang B
Permintaan barang A mula–mula Harga barang B mula-mula
Elastisitassilang barang X = % perubahan permintaan barang X
% perubahan harga barang Y
3. Elastisitas Pendapatan
Permintaan (pembelian) suatu barang atau jasa oleh konsumen dipengaruhi oleh perubahan pendapatan konsumen yang bersangkutan, baik dalam pengertian nominal maupun riil. Suatu konsep untuk mengukur derajat respons perubahan permintaan terhadap adanya perubahan pendapatan adalah elastisitas penghasilan. Dalam kasus sederhana, fungsi permintaan dapat dinotasikan sebagai berikut :
Q = f (P, I)
Keterangan :
Q : fungsi permintaan
P : tingkat harga
I : pendapatan konsumen
Dalam konsep elastisitas penghasilan, asumsi bahwa penghasilan konsumen konstan dihilangkan. Oleh karena itu, elastisitas penghasilan merupakan tingkat perubahan relatif dari jumlah barang yagn diminta konsumen karena adanya perubahan penghasilan.
Elastisitas penghasilan dapat didefinisiakan sebagai derajat sensitivitas perubahan permintaan sebagai akibat dari perubahan penghasilan seorang konsumen. Secara matematis, elastisitas penghasilan didefinisikan sebagai persentase perubahan dalam jumlah barang yang diminta (Qx) dibagi dengan persentase perubahan dalam penghasilan (I).
Pada dasarnya terdapat tiga macam elastisitas penghasilan, yaitu: elastisitas Positif, Negatif, dan Nol. Untuk penjelasan lebih lanjut dapat disimak sebagai berikut.
I. Elastisitas penghasilan yang bernilai positif dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Elastisitas penghasilan uniter yaitu ketika peningkatan dalam penghasilan direspon oleh konsumen dengan peningkatan permintaan secara proporsional. Perubahan permintaan yang positif akan memberikan elastisitas penghasilan yang positif pula. Dalam hal ini elastisitas sama dengan satu (E = 1). Sebagai contoh jika penghasilan konsumen meningkat sebesar 50 persen maka akan diimbangi dengan peningkatan permintaan sebesar 50 persen.
b. Elastisitas penghasilan inelastis yaitu jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen menyebabkan perubahan permintaan kurang dari 1 persen. Secara matematis, koefisien elastisitas penghasilan inelastis bernilai kurang dari 1 tetapi positif (0<1).
c. Elastisitas penghasilan dikatakan elastis jika perubahan penghasilan sebesar 1 persen menyebabkan perubahan permintaan lebih dari 1 persen. Nilai elastisitas penghasilan tipe ini lebih dari satu (E > 1).
II. Elastisitas penghasilan yang bernilai negatif. Hal ini berarti bahwa kenaikan jumlah penghasilan justru mengakibatkan permintaan terhadap suatu barang menurun.
III. Elastisitas penghasilan bernilai nol. Ketika penghasilan meningkat, jumlah barang yang diminta tidak mengalami perubahan. Berapa pun perubahan penghasilan tidak akan merubah permintaan (konsumsi) barang tersebut.
Berdasarkan besarnya koefisien elastisitas penghasilan, suatu barang dapat dikelompokkan ke dalam barang mewah, barang normal, atau barang inferior.
Interpretasi Elastisitas Penghasilan
Nilai Elastisitas | Sebutan | Kenaikan Harga Akan Mengakibatkan | Penurunan Harga Akan Mengakibatkan |
E < 0 | Barang Inferior | Jumlah diminta menurun | Jumlah diminta naik |
0 < E < 1 | Barang Normal | Jumlah diminta naik dengan persentase lebih rendah | Jumlah diminta menurun dengan persentase lebih rendah |
E > 1 | Barang Mewah | Jumlah diminta naik dengan persentase lebih tinggi | Jumlah diminta menurun dengan persentase lebih tinggi |
Secara matematis elastisitas titik pendapatan sbb :
Ep = DX . M
DM X
Keterangan ;
Ep : elastisitas pendapatan
ΔX : perubahan jumlah barang yang diminta.
ΔM : perubahan pendapatan konsumen.
M : pendapatan konsumen.
X : jumlah barang yang diminta.
Sedang elastisitas busur pendapatan sbb :
Ep = DX . (M1 + M2):2
DM (X1 + X2):2
bila Ep > 0 : barang normal
bila Ep < 0 : barang inferior
bila Ep < 1 : barang-barang kebutuhan pokok
bila Ep > 1 : barang-barang tidak pokok (barang mewah)
Daftar Pustaka :
1. http:// www.scribd.com
2. http://myunanto.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/
3. http://www.damandiri.or.id
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Konsumen